cerpen : tanpa judul
Pengen nge-note. Aku buat cerpen persembahan ini.
jelek sih cerpennya, tapi ga apa ;) check
this out!
Tersenyumlah!
Tersenyumlah walau semua masalah kehidupan yang menghimpitmu. Tersenyumlah
karna tanpa kamu sadari akan ada yang bahagia melihatmu tersenyum.
***
Aku
disini. Masih disini sayang! Aku duduk termenung di taman ini seorang diri.
Menunggu sosokmu sambil berharap kamu datang dengan senyum khasmu dan
patuah-patuah anehmu. Aku merindukanmu. Merindukan semua tentangmu. Salahkah?
Aku rindu tawa usilmu. Aku rindu tatapan lembutmu. Akh! Semakin aku
mengingatmu, semakin hatiku terasa sangat sakit.
Ini bukan salahmu! Aku
yang terlalu banyak berharap padamu, padahal kamu hanya menganggap kita sebatas
sahabat. Ya, hanya sahabat. Nggak lebih! Aku
hanya ingin menjadi sahabatmu. Sampai kapan pun tetap sahabat. Aku ingin
menjadi sahabatmu yang akan mengangkatmu melihat dunia disaat sayapmu patah.
Aku yang akan membopongmu untuk melihat dunia saat kamu sudah tak kuat lagi
melangkah. Itu katamu—dulu.
Perlukah kamu tau bahwa
sejujurnya dulu diri ini menginginkan kata lebih di banding sahabat? Aku jujur
dan aku serius! Jangan salahkan aku, salahkan hatiku yang kenapa bisa terbagi
untukmu. Salahkan hatiku kenapa bisa menjatuhkan pilihan kepadamu. Oke-oke! Itu
salahku! Salahku yang terlalu kelepasan membiarkan hati ini berdebar-debar saat
dekat denganmu.
Ah,sudahlah! Toh kamu
juga tidak tau apa-apa tentang perasaanku ini. Ya, aku hanya pelaku cinta
diam-diam. Pelaku cinta diam-diam yang amat menyedihkan! Sungguh tidak enak
mengalami cinta yang hanya dipendam seorang diri.
Kata orang kamu itu bad! Kamu tukang buat onar. Kamu
pembolos. Kamu perokok akut. Keluar masuk BK, itu kerjamu. Balapan liar.
Taruhan. Tawuran. Tapi entah kenapa tidak untuk aku! Mungkin mataku sudah
tertutup olehmu. Buatku, kamu orang yang sangat baik. kamu datang disaat aku
‘sakit’. kamu datang disaat orang-orang lain mencemoohku. Kamu datang disaat
orang lain menyakitiku. Bagiku, kamu itu bukan bad tapi awesome. karena aku melihatmu bukan dari apa yg terlihat dari padamu.
melainkan dari hati yang seakan memilih bahwa kamu orang yang benar dalam
kenyataan yang sungguh salah.
Kala
itu aku tengah duduk. Mataku kosong sambil menatap matahari yang hampir
tenggelam. Mataku memanas. Perlahan tapi pasti tetesan bening jatuh dengan
indah di kedua pipi putihku. Kejadian tadi di sekolah mampu membuatku kembali
menangis. Rasa sakit itu kian menjalar di hatiku.
“Tersenyumlah!
Tersenyumlah walau semua masalah kehidupan yang menghimpitmu. Tersenyumlah
karna tanpa kamu sadari akan ada yang bahagia melihatmu tersenyum.” seperti
biasa, kamu datang lengkap dengan patuahmu. Aku tertegun menatapmu sembari
membersihkan sudut mataku yang berair.
“Kenapa
selalu menangis?” tanyamu sambil duduk disampingku. Aku menatapmu tanpa
berkedip. Mata birumu yang indah mampu membiusku. “Kenapa kamu selalu datang
disaat aku tengah menangis?” Kamu tertawa mendengar perkataanku. Lalu, kamu
matikan rokokmu karna tau aku tidak suka mencium asap rokok.
“Mungkin
aku di takdirkan buat ngapus air matamu Biru!” Aku memukul lengan bidangmu
sembari tertawa. Dan lagi-lagi kamu berhasil membuatku tertawa! “Biru, kalau
kamu disakitin sama orang, ya udah kamu tinggal sakitin balik orang itu.
sakitin sepuluh kali lipat dari apa yang kamu rasain saat ini. kalau kamu
disinisin, ya sinisin balik dong!”
“Aku
bukan kamu yang berani Langit! Aku terlalu pengecut untuk itu.” Kamu menatapku
sambil mengacak-acak rambutku. “Jangan terlihat lemah! Kalau kamu lemah, entar
mereka makin senang. Apa perlu aku kasih bogeman khasku untuk mereka?”
Kamu menunjukkan
kepalan tanganmu dihadapanku. “Jika
seseorang cukup kuat untuk membuatmu terjatuh, kamu lebih baik menunjukan
padanya bahwa kamu cukup kuat untuk kembali berdiri lagi.”
Buru-buru aku hapus
sepenggal episode itu. Bersamamu Langit, dapat membuatku bahagia. Sungguh. Tapi
sebulan belakangan ini, aku kehilangan sosokmu. Aku tidak menemukanmu
dimana-mana, bahkan disekolah pun tidak. Kamu kemana? Apa memang aku sudah
terlupakan?
Aku menghela nafas
pelan sembari merebahkan punggungku pada penyangga kursi taman. Wajahmu yang
blasteran Indonesia-Jerman itu terbayang-bayang di benakku. Tanganku sibuk
memain-mainkan ujung rok-ku.
“Miss me?” Aku kaget dan buru-buru menoleh kearah belakang. Aku
tersenyum. sesosok yang tengah aku pikirkan dan aku rindukan sejak tadi berdiri
dengan kedua tangan masuk kedalam saku celananya. Cowok itu memakai celana
parasit dan kaus hitam lengan pendek ngepas badan. Kalung rantainya masih
bertengger setia dibadan cowok itu. Cowok yang berperawakan tinggi dengan potongan perut four
pact dan rambut lebat yang biasa di acak-acaknya itu memang terlihat lebih cool.
“Miss me?” ulangmu lagi sambil duduk disampingku. Aku tersenyum. “Absolutely.” Jawabku jujur. Kamu tertawa
pelan. Alis matamu yang tebal dengan hidung mancung dan bibir tipis yang tengah
tersenyum benar-benar membuatku tergoda. “Kemana aja sih Langit? Aku kangen!
Lupa sama aku ya?”
“Nggak. Hanya pengen menyendiri Biru.” ucapmu pelan. Aku
menatapmu pelan. menatap raut wajah gantengmu. Aku tau ada yang tengah kamu
sembunyikan dariku. “Langit, jujur deh. Ada apa?”
“Nothing!” Aku
menghela nafas. Tak ingin memaksamu cerita karna aku tau kamu tak suka dipaksa.
Aku memandang bunga-bunga yang bermekaran dan kupu-kupu yang indah. “Aku pengen
jadi kupu-kupu.” Aku menunjuk kupu-kupu yang tengah berterbangan dengan begitu
menawannya.
Kamu hanya menatapku sekilas. Hanya sekilas karna detik
berikutnya kamu memandangi kupu-kupu yang aku tunjuk. “Bisa kok.” Aku
mengernyit tak mengerti mendengar perkataanmu.
“Maksudnya?”
“Kupu-kupu yang cantik itu dulunya hanya seekor ulat yang
sangat menjijikkan dan dengan keajaiban waktu, ulat itu pun bermetamorfosis
menjadi kepompong. Dan akhirnya jadilah kupu-kupu yang indah.” Kamu tersenyum.
Aku memandangimu. Masih tak mengerti.
Kamu menghela nafas. Mungkin sedikit geram dengan
kebodohanku. “Mungkin sekarang kamu tuh ulat, tapi dengan usaha pasti kamu bisa
bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. Kepakkan sayapmu. Kelilingilah
dunia. Saat kamu menjadi kupu-kupu akan banyak orang yang mengagumi dan ingin
sepertimu.” Aku mengangguk paham.
Kamu tersenyum dan mengacungkan jari kelingkingmu
dihadapanku. “Berjanjilah. Berjanjilah kalau kamu tidak akan menangis lagi.
Berjanjilah kalau suatu hari nanti kamu akan sukses.” Aku tertegun. Sama sekali tak mengerti dengan
arah pembicaraanmu, tapi akhirnya aku mengangguk sambil menautkan jari
kelingkingku pada jari kelingkingmu. “I
promise.”
“Biru, mungkin sekarang kamu ‘nobody’ tapi suatu hari nanti kamu ‘somebody’. Mungkin sekarang kamu ‘zero’ tapi suatu hari nanti kamu ‘hero’. Tetaplah berusaha untuk menggapai bintang di langit. Aku
akan berdiri di sampingmu, meski suatu hari nanti raga kita tidak akan
berdekatan lagi.” tuturmu panjang lebar.
Aku menatapmu dengan tatapan aneh. Bagiku, kamu sangat aneh
hari ini. “Kamu berniat meninggalkanku Langit?”
“Sudahlah. Mari kita pulang.” Kamu meraih tanganku dan
membantuku menduduki kursi roda. Dengan perlahan kursi roda yang tengah aku
duduki kamu dorong pelan-pelan.
***
Lagi-lagi kamu pergi tanpa kabar. Aku kehilangan jejakmu
lagi setelah seminggu yang lalu kamu menjemputku di taman. Aku tertegun sembari
menatap awan-awan dari balkon kamarku.
Aku meraih segelas coklat hangat dari atas meja dan menyesapnya
dengan berlahan. Aku tersenyum saat ingatanku tentangmu muncul. “Kenapa
pergi-pergi tanpa kabar terus sih Langit? Apa ada seorang gadis yang memikat
hatimu diluar sana? Aku mengkhawatirkanmu. Sangat!” ucapku parau. Ya Tuhan,
jadikanlah takdir dia adalah aku dan takdir aku adalah dia.
When you get what you want but not
what you need
When you feel so tired
but you can’t sleep
Stuck in reverse
And the tears come
streaming down your face
When you lose something
you can’t replace
When you love someone
but it goes to waste
Could it be worse?
Light will guide you
home
And ignite you bones
And I will try.. to fix you
And high up above or down below
When you’re too in love
to let go
But if you never try you’ll never
know
Just what you’re worth
Light will guide you
home
And ignite you bones
And I will try.. to fix
you
Lagu coldplay yang
berjudul fiz you itu mengalun merdu
dari radio kamarku. Aku terdiam sambil menikmati setiap untain nada yang
terlukis dari lagu itu. Ya, memang aku penggemar lagu coldplay. Bagiku
lagu-lagunya banyak yang memberi motivasi.
Aku meraih HP touch screen dari saku rokku. Sebuah SMS
masuk. Buru-buru kubuka SMS itu.
From
: Mama Langit ;D
Biru, Langit masuk rumah sakit lagi. keadaannya
semakin kritis. Tante harap kamu bisa kesini karna dia butuh kamu. rumah sakit
Ibnu Sina kamar III A.
Aku
tertegun membaca SMS itu. sakit? Langit sakit? sejak kapan? Dengan terburu-buru
aku jalankan kursi roda.
***
Aku
lemas saat mendengar keterangan Tante Anna—Mamanya Langit. Sama sekali tak
menyangka atas apa yang dialami Langit. Langit mengidap penyakit kanker. Kanker
ganas yang aku sama sekali tak bisa menyebut dengan benar nama penyakitnya apa.
Mataku mulai memanas, menandakan akan tangisan yang keluar. Sahabat macam apa
aku ini yang sama sekali tak tau apa pun tentang penyakit sahabatnya sendiri!
Disebelahku,
Tante Anna juga mulai menangis. Aku menatap Langit yang tengah terbaring tak
berdaya di atas tempat tidur. Badannya dipenuhi alat-alat rumah sakit. “Biru,
Langit anak yang kuat. Dia sudah berulang-ulang kali kemotrapi tapi dia tetap
kuat. Dia kuat Biru.” Suara Tante Anna bergetar. Tangan wanita separo baya itu
menggenggam erat lengan tanganku.
Aku
menangis. Tak dapat menahan lagi semua yang ingin luruh. Aku melanggar janjiku
pada Langit agar tidak menangis lagi. Aku tidak bisa. “Iya Tante! Langit kuat.
Langit bakal sembuh Tante!” ujarku parau sambil berusaha meyakinkan diri
sendiri. Tante Anna mengangguk. Berusaha sama-sama yakin.
Langit,
kamu sakit! lebih sakit dari semua rasa sakit yang aku rasakan, tapi kenapa
malah kamu yang menyemangati aku. kenapa bukan aku yang menyemangati kamu?
Maafin aku Langit. Aku memang nggak berguna!
Tangisanku
semakin kencang. Tatapanku tak henti-hentinya menatap Langit dari luar kamar
rumah sakit. “Langit! Kamu harus sembuh. Kamu harus kuat. Please. Kamu harus bertahan Langit! Harus!” Aku meracau seorang
diri.
“Kamu
kuat kan Langit? Kamu kuat kan? Ayo tetap semangat! Aku sayang sama kamu,
pokoknya kamu harus bertahan hidup! jangan lemah gitu. Ayo bangun! buka mata
kamu!!! buka Langit. Aku sayang sama kamu.” lanjutku. Aku terduduk lemas sambil
menyandar didinding rumah sakit.
Aku
ingin berteriak. Berteriak menyuruh dia bangun dan menguncang-nguncang
tubuhnya.
***
Disini.
Ditempat ini. Tempat peristirahatan terakhirmu aku duduk sembari menangis. Sama
sekali belum percaya dengan ini semua. Aku menggenggam kertas yang kamu berikan
lewat Mama-mu. Kamu pengecut! Harusnya kamu memberikan sendiri kertas ini.
Kubuka
kertas berwarna pink muda ini dengan hati-hati.
Untuk
Birunia Syakilla yang cantik dan
imut ;)
Mungkin
saat kamu mendapatkan kertas ini, aku sudah tidak bisa lagi ada disisimu. Biru,
maaf ya aku ninggalin kamu. maaf! Aku udah terlalu lelah dengan semua ini. Aku
capek Biru. Kemotrapi itu sakit. sakit banget. aku udah nggak kuat dan mungkin
udah saatnya aku menyerah.
Maaf,
aku nggak pernah ngasih tau sakit ini ke kamu karna aku nggak mau buat kamu
sedih. Aku tau kamu udah terlalu ‘sakit’ dengan kehidupan kamu. Aku Cuma pengen
bilang, kamu nggak boleh nyerah ya! kamu harus kuat ngadepin hidup. mungkin
Tuhan nggak ngasih apa yang kamu inginkan, tapi ngasih apa yang kamu butuhkan.
Aku tau kamu cewek yang kuat Biru.
Kamu
janji jangan sedih atau pun nangis lagi kan? Janji ya? buat aku ;) kalau kamu
nangis lagi, aku bakal sedih. Hidupmu masih panjang, gapailah asa-mu! Seperti
yang kamu tau bahwa warna langit itu biru, seperti kamu yang selalu menjadi
warna dalam hidupku. Makasih sudah menjadi warna itu dan makasih telah
berpura-pura buta saat melihat semua kesalahanku.
Aku
sayang kamu! I Love you and always love you. Rasa ini lebih dari rasa sayang ke
sahabatnya. Eh, besok kalau kamu misalnya udah punya anak. Nama anaknya samain
dengan nama aku ya? ya ya ya? hehehe. Kamu beruntung tau karna disaat orang
lain bersusah payah menggapai langit, tapi kamu dengan mudahnya mendapatkan
aku. ;p
Udah
dulu ya Biru? Aku capek! Pengen tidur. Oh ya, titip Mama ya ;)
Dari
orang yang sangat mencintaimu, Langit.
Aku menyeka sudut mataku sambil
berusaha agar tetesan air mata tak keluar lagi. Aku tak ingin menangis lagi. “Rasa ini
pun tak pernah hilang, namun memang keadaan kita sudah tak sama seperti dulu
lagi! setidaknya aku tau cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Makasih.
Makasih untuk semuanya. I love you too.”
Dulu, kita juga memainkan peran ini,
bukan? peran dimana akulah sebuah kertas putih yang penuh pertanyaan. Dan kamu
adalah tinta yang bersedia menjawab di setiap akhir tanda tanya.Namun bahasaku
tinggal rasa. Dan entah bagaimana caranya agar rasa bisa bersuara jika raga tak
lagi ada. Aku hanya ingin merengkuhmu. Merengkuhmu lagi Langit. Ya, tentu saja
tidak bisa.
“Terimakasih cinta untuk segalanya. Kau berikan lagi
kesempatan itu. Tak terulang lagi. Semua.” Aku menghela nafas pelan.
“Terimakasih telah banyak mengajarkan arti tentang hidup. bahwa hidup bukanlah
kemudahan. Aku pasti bisa kuat seperti kamu. Aku janji kalau suatu hari nanti
aku akan menjadi ‘somebody’! aku akan
buat orang-orang yang udah nyakitin aku kagum terhadapku dan aku injak-injak
mereka. Aku akan balas seribu rasa sakit yang pernah aku rasain terhadap mereka
dengan balasan sepuluh ribu kali lebih sakit. Aku janji!”
The
end
“Sayangilah orang-orang yang menyayangimu. Jangan
sakiti mereka karna kita nggak kan pernah tau kapan mereka akan pergi.”
@muthiiihauraa
jalan ceritanya cukup jelas.., alurnya plotnya juga terlihat.. masih bisa dikategorikan cerpen cicklit anak remaja.,, menarik.. ;))
BalasHapus